Tim nasional sepakbola Inggris terkenal dengan keunikannya yang ironis. Di tengah berkibarnya liga kebanggaan mereka, English Premier League yang berlangsung ketat dan memiliki klub-klub terbaik di Eropa seperti Manchester United, Arsenal, Chelsea, dan Liverpool, justru timnas Inggris sedang puasa meraih gelar juara. Peristiwa skuad The Three Lions meraih trofi terjadi sudah terlalu lama, yaitu pada Piala Dunia 1966 yang diselenggarakan di negara mereka sendiri. Itupun diraih dengan cara yang agak kontroversial, yaitu ketika gol Geoff Hurst pada extra-time disahkan oleh wasit, padahal bola sepakannya berada dalam posisi 50-50 di garis gawang setelah membentur tiang atas. Inggris pada akhirnya menjungkalkan Jerman Barat 4-2 untuk menjadi juara dunia, yang belum mampu mereka ulangi hingga saat ini.
Kapten Inggris Bobby Moore mengangkat trofi Piala Dunia, yang masih dalam bentuk versi terdahulu, pada tahun 1966 |
Di tengah rasa frustasi publik Inggris untuk mengulangi kejayaan mereka di masa lampau tersebut, terdapat secercah harapan memasuki millenium baru. Ya, di timnas Inggris bermunculan pemain-pemain hebat, dimana mereka digadang-gadang sebagai golden generation. Para punggawa Inggris di era tersebut banyak meraih kesuksesan dan trofi-trofi serta menjadi tulang punggung di klubnya masing-masing, seperti David Beckham, John Terry, Rio Ferdinand, Frank Lampard, Steven Gerrard, dan lain-lain. Seiring dengan trofi-trofi yang mereka raih di tingkat klub, publik Inggris pun langsung berekspektasi besar dan berharap banyak kepada golden generation Inggris ini untuk dapat juga meraih prestasi di The Three Lions dan mampu merengkuh gelar juara untuk negara mereka. Di timnas, mereka ditangani oleh Sven-Gorran Eriksson, manajer pertama yang berasal dari luar Inggris.
Sven-Gorran Eriksson, manajer timnas Inggris 2001-2006. |
Sven-Gorran Eriksson mengawali debut di turnamen resmi bersama Inggris pada ajang Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea, dimana Tim Tiga Singa dipercundangi tim yang selanjutnya menjadi jawara, Brazil dengan skor 2-1 pada perempat-final. Lalu pada ajang selanjutnya, Euro 2004 di Portugal, pelatih berkebangsaan Swedia itu juga hanya mampu mengulangi langkah skuadnya di Jepang-Korea, yaitu babak perempat-final. Inggris ditundukkan tuan rumah Portugal melalui adu penalti.
Momen saat David Beckham gagal mengeksekusi penalti pada perempat-final Euro 2004 |
Setelah kegagalan Euro 2004, Eriksson langsung menatap Piala Dunia 2006 di Jerman. Ia pun berhasil membawa Inggris lolos kualifikasi untuk bertarung di negeri yang sempat terpecah menjadi Jerman Barat dan Timur tersebut. Eriksson tersadar bahwa saat itu dirinya sedang diberi anugerah. Ya, golden generation Inggris yang telah bermunculan dianggap sudah lengkap, matang, cukup mumpuni, dan siap untuk memperebutkan juara dunia. Walhasil, The Three Lions dianggap menjadi salah satu unggulan terkuat pada Piala Dunia 2006. Ekspektasi masyarakat Inggris langsung membumbung tinggi, dan berharap banyak timnas mereka dengan golden generation yang berada di dalamnya, mampu meraih gelar juara dunia yang sudah lama tidak dapat diraih. Di ajang inilah golden generation Inggris telah benar-benar diharapkan meraih kejayaan.
Starting eleven Inggris yang bertabur bintang |
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebenarnya, siapa sajakah golden generation Inggris pada Piala Dunia 2006 ini? Apakah mereka memang cukup kuat? Secara individual mereka memang merupakan pemain-pemain hebat di klub masing-masing. Mari kita lihat satu-persatu starting-eleven terbaik golden generation Inggris dengan formasi 4-4-2 ala Inggris, dilengkapi dengan keterangan umur dan klub pada saat itu.
Kiper
Paul Robinson (26 tahun, Tottenham Hotspur)
Pada saat itu, Paul Robinson adalah kiper utama Tottenham Hotspur. Namun, tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, ia dianggap menjadi titik lemah Inggris pada Piala Dunia 2006. Tetapi Eriksson tetap mempercayai Robinson menjaga gawang The Three Lions, menyingkirkan kiper senior David James dan pemain muda Scott Carson. Eriksson menganggap Robinson sebagai kiper terbaik Inggris saat itu, yang setidaknya lebih baik dibandingkan kompetitor-kompetitor lainnya.
Bek Kanan
Gary Neville (31, Manchester United)
Gary Neville merupakan salah satu pemain senior yang dibawa Eriksson ke Jerman. Diharapkan pengalamannya yang banyak dapat ditularkan ke pemain-pemain lain. Di klubnya, Manchester United, Neville adalah bek kanan inti yang telah mencicipi banyak trofi seperti EPL, Champions League, Piala FA, dan lain-lain. Neville terkadang juga menjadi kapten United. Ia memiliki kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baiknya. Di saat kapten tim David Beckham tidak bermain di atas lapangan, dirinyalah yang menggantikan peran Becks sebagai pemimpin skuad.
Bek Tengah
Rio Ferdinand (27, Manchester United)
Rio Ferdinand adalah rekan setim Neville di Manchester United yang sama-sama berposisi di lini belakang. Pemain yang direkrut The Red Devils dari Leeds United ini terkenal sebagai bek bertubuh tinggi besar yang tangguh, dan memiliki keunggulan pada ketenangan, marking kepada lawan, duel-duel udara, serta kemampuannya dalam membaca permainan dan arah pergerakan lawan. Di Piala Dunia 2006, ia termasuk salah satu dari beberapa pemain yang selalu dijadikan starter oleh Eriksson.
John Terry (25, Chelsea)
Bersama Ferdinand, John Terry membangun tembok kokoh yang selalu memastikan gawang Inggris aman dari serangan-serangan lawan. Terry terbang ke Jerman setelah memenangi trofi EPL musim 2005/06 bersama Chelsea. Sebagai bek tengah handal, Terry merupakan bek yang lugas, memiliki tackle yang baik dan tidak kenal kompromi kepada musuh. Selain itu, dirinya juga memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Hal tersebut terbukti oleh ban kapten Chelsea yang disandangnya.
Bek Kiri
Ashley Cole (25, Chelsea)
Ashley Cole merupakan rekan setim Terry di Chelsea, dan membentuk kombinasi Chelsea dan Manchester United bersama Ferdinand dan Neville di lini belakang Inggris. Cole dikenal memiliki permainan yang agresif dalam bertahan, berani melancarkan tackle ke lawan, dan sangat aktif naik membantu penyerangan timnya. Mantan pemain Arsenal ini sering bahu-membahu bersama sayap kiri dalam membangun serangan dan menyerang ke sisi kanan pertahanan lawan.
Gelandang Kanan
David Beckham (31, Real Madrid)
Inilah pemain Inggris yang paling banyak mendapatkan sorotan di Piala Dunia 2006. David Beckham adalah kapten dan pemimpin skuad The Three Lions saat bertarung di atas lapangan hijau demi nama Inggris. Becks memiliki kemampuan mengeksekusi bola-bola mati yang menakjubkan. Free-kick dengan gaya khasnya menjadi senjata andalan eks punggawa Manchester United ini dalam membobol gawang lawan. Selain itu, Becks juga mahir dalam melancarkan crossing dan mengambil corner kick, untuk meneror lini belakang lawan lewat udara, yang siap disambut oleh pemain Inggris lainnya.
Gelandang Tengah
Steven Gerrard (26, Liverpool)
Skuad Inggris saat itu memiliki banyak pemain yang terkenal dengan jiwa kepemimpinan. Selain Neville, Terry, dan Beckham, terdapat nama Steven Gerrard. Dirinya merupakan kapten sekaligus ikon Liverpool. Gerrard terkenal sebagai gelandang energik yang kerap mencetak gol melalui tendangan geledeknya. Selain itu, ia memiliki kemampuan passing yang baik, dapat mengatur tempo permainan, sekaligus mampu sesekali menjadi holding midfielder yang menjaga kedalaman tim dan mampu membantu pertahanan.
Frank Lampard (27, Chelsea)
Hanya segelintir tim nasional di dunia yang memiliki duet gelandang sekaliber Gerrard dan Frank Lampard. Lampard memiliki keunggulan sebagai gelandang yang hampir-hampir mirip dengan Gerrard. Gelandang andalan Chelsea ini merupakan gelandang box-to-box yang dapat melepaskan umpan-umpan akurat baik pendek maupun panjang, mengatur tempo permainan seperti Gerrard, dan memberi assist kepada striker. Tidak ketinggalan, Lampard adalah gelandang yang subur, sering mencetak gol dengan shooting kerasnya ataupun positioning dirinya yang terkenal baik dan sering muncul di depan gawang secara tidak terduga.
Eriksson sangat sering menurunkan Lampard dan Gerrard secara bersamaan untuk memperkuat lini tengah dan menciptakan peluang mencetak gol mengingat keduanya merupakan gelandang kreatif serta rajin pula mencetak gol.
Gelandang Kiri
Joe Cole (24, Chelsea)
Selain mengisi posisi gelandang kiri, Joe Cole juga dapat berperan sebagai gelandang kanan dan gelandang serang. Hal tersebut membuatnya menjadi salah satu pemain penting di Chelsea, dan dipercaya Eriksson untuk tampil di Piala Dunia 2006. Gelandang yang bertubuh cukup mungil ini memiliki kecepatan dan kelincahan dalam menyisir sisi lapangan dan cut-inside ke kotak penalti lawan, dibarengi dengan kemampuan mencetak gol yang baik.
Striker
Michael Owen (26, Newcastle United)
Pada Piala Dunia 1998 lalu, Michael Owen yang masih berusia 18 tahun menggemparkan dunia melalui gol solo-run nya ke gawang Argentina. Setelah momen tersebut, dirinya menjadi andalan di klubnya dan timnas Inggris. Owen terkenal sering menggunakan kecepatan dan kelincahannya dalam menembus pertahanan lawan. Ia juga memiliki finishing yang bagus. Meskipun rentan cedera, Owen tetap dibawa Eriksson dan diplot sebagai salah satu dari dua penyerang utama.
Wayne Rooney (20, Manchester United)
Wayne Rooney merupakan 'bocah ajaib' Inggris lainnya yang muncul setelah Owen. Menjelang umur 17 tahun ia sudah mencetak gol di EPL. Wazza sempat memecahkan rekor pencetak gol termuda untuk timnas Inggris dan termuda di ajang Euro 2004. Ia pun menjadi andalan Manchester United setelah The Red Devils merekrutnya dari Everton. Rooney merupakan striker eksplosif yang kreatif dan energik. Kemampuan utama dirinya adalah mengkombinasikan kekuatan fisiknya dengan skill dan teknik mengolah bolanya. Selain itu, Wazza memiliki penyelesaian akhir yang baik.
Selain sebelas pemain diatas, skuad Inggris yang dibawa Eriksson ke Jerman masih memiliki nama-nama mentereng lainnya seperti Owen Hargreaves, Sol Campbell, Peter Crouch, Michael Carrick, dan Jamie Carragher.
Michael Carrick, gelandang yang mempunyai visi bermain yang baik |
Striker jangkung Inggris Peter Crouch, yang menjadi andalan dalam serangan melalui umpan lambung |
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah skuad yang kuat bukan? Wajar jika publik Inggris saat itu berharap lebih kepada timnas mereka. Suporter The Three Lions sudah sangat rindu dan penasaran akan gelar juara Piala Dunia, yang mungkin sebagian besar dari mereka belum pernah menyaksikan langsung para punggawa The Three Lions mengangkat trofi Piala Dunia, karena sudah sangat lama timnas Inggris meraihnya.
Suporter timnas Inggris yang rindu gelar juara |
Namun, yang terjadi di Jerman lagi-lagi tidak sesuai harapan. Penampilan mereka masih kurang memuaskan. Walaupun memiliki kualitas individual yang baik, Inggris tidak mampu bermain baik sebagai sebuah tim yang solid.
Dan sekali lagi mereka keok di perempat-final dengan lawan yang sama pada Euro 2004 kemarin, Portugal. Dengan cara yang sama, adu penalti, yang memang menjadi momok bagi Inggris. Pertandingan tersebut diwarnai oleh insiden kartu merah Wayne Rooney. Rooney harus diusir oleh wasit Horacio Elizondo setelah menginjak bek Portugal, Ricardo Carvalho. Ironisnya, keputusan kartu merah tersebut disinyalir terdapat pengaruh dari winger Portugal dan rekan Rooney di Man. United, Cristiano Ronaldo, yang pada saat itu seolah "memanas-manasi" wasit. Pada babak adu penalti, kiper Portugal, Ricardo mampu menahan tendangan dari Lampard, Gerrard, dan Carragher.
Rooney mendapatkan hadiah kartu merah |
Lampard, Gerrard, dan Carragher yang gagal mengeksekusi penalti. |
Hal tersebut benar-benar memukul telak publik Inggris yang berekspektasi begitu tinggi terhadap timnas mereka yang diisi oleh para pemain bintang yang berjuluk golden generation. Sven-Gorran Eriksson lantas mendapatkan julukan baru, yaitu 'spesialis perempat-final' karena telah melakukan hattrick dalam membawa The Three Lions ke babak tersebut, yaitu pada Piala Dunia 2002, Euro 2004, dan Piala Dunia 2006. Eriksson pun akhirnya meletakkan jabatannya sebagai manajer timnas Inggris seusai Piala Dunia 2006 berakhir. Musnah sudah perjuangan golden generation Inggris untuk membawa negaranya menjadi juara dunia yang kedua kalinya.