Jumat, 01 Januari 2016

Apakah Fondasi Tim Warisan dari Sir Alex Ferguson Rapuh?

Bagi Manchester United beserta para suporternya, Sir Alexander Chapman Ferguson, CBE bukanlah sekedar pelatih yang pernah sukses bersama mereka. Fergie merupakan dewa bagi The Red Devils, dimana dirinya telah membawa nama United menggeser Liverpool dari singgasana raja Liga Inggris yang telah bertahan cukup lama. Selain itu, Fergie juga telah membawa United menaklukan Eropa sebanyak dua kali melalui gelar juara Liga Champions. Total sebanyak 49 trofi telah dipersembahkan pria asal Glasgow, Skotlandia ini kepada United selama pengabdiannya dari tahun 1986 hingga 2013. Seiring dengan bergelimangnya gelar yang diraih, secara otomatis United pun menjelma menjadi salah satu klub yang disegani di Eropa, bersama klub-klub seperti Real Madrid, Barcelona, AC Milan, dan Bayern Munich. United menjadi semakin banyak didukung oleh fans-fans seantero bumi, sekaligus mendatangkan keuntungan yang besar sebagai brand yang sudah mendunia.
Sir Alex Ferguson bersama Manchester United memenangi Liga Champions 1998/1999 melalui cara yang dramatis.

Musim 2012-2013 tak disangka-sangka menjadi musim terakhir pengabdian Sir Alex Ferguson kepada United. Begitu mendadak kabar buruk tersebut tersiar, banyak yang tak percaya. Hal tersebut terjadi karena orang-orang telah menduga bahwa Fergie tidak akan meninggalkan Old Trafford dalam waktu dekat, melihat determinasinya selama mendampingi skuadnya menjalani pertandingan, dan gelagatnya yang masih haus akan gelar dan kejayaan bersama United, walaupun baru saja The Red Devils memenangkan gelar juara Liga Inggris ke-20. Namun sebuah keputusan telah diambil. Pada akhirnya, para suporter United harus menjalani sesuatu yang mereka pun takut untuk membayangkannya, yaitu Manchester United tanpa Sir Alex Ferguson.
Fergie mengangkat trofi EPL terakhirnya di musim 2012/2013.

Hingga kini, Manchester United masih kesulitan untuk mengulangi kejayaan kembali seperti pada masa ditangani oleh Fergie. Mulai dari penggantinya yang pertama, David Moyes yang digaet dari Everton, hingga sekarang yaitu pelatih yang memiliki pengalaman panjang di level teratas sekaliber Louis Van Gaal.
David Moyes, gagal total bersama United.

Khusus untuk Van Gaal, ekspektasi suporter terhadap pria Belanda yang terkenal dengan filosofi sepakbolanya ini sangat tinggi mengingat CV-nya yang mentereng, yaitu pernah dipercaya menukangi tim-tim besar seperti Ajax Amsterdam, Barcelona, dan Bayern Munich serta meraih berbagai trofi bersama mereka. Apalagi melihat kiprah Sang Tulip Besi bersama tim nasional Belanda di Piala Dunia 2014, yaitu membawa skuad De Oranje yang banyak diisi pemain-pemain baru hingga ke semifinal dan meraih juara ketiga. Namun pada kenyataannya, LVG pun kesulitan membawa United berjaya kembali. Pertanyaan pun muncul, apakan yang salah dengan Manchester United hingga mereka masih terpuruk dan belum mampu tampil perkasa lagi?
Louis van Gaal yang kesulitan mengangkat peforma Man. United.

Pada artikel ini, saya ingin melihat penyebabnya berdasarkan sudut pandang yang lain. Saya pernah mendengar bahwa seorang pelatih akan disebut sebagai pelatih yang sempurna jika ia telah meninggalkan warisan yang bagus untuk penerusnya, bukan sekedar mendulang sukses bagi dirinya sendiri. Warisan tersebut dapat berupa sistem atau taktik bermain yang telah dibangun lama, atau fondasi tim yang sudah mumpuni dan kuat. Penerus yang mengambil tongkat estafet kepelatihan akan lebih mudah meneruskan kegemilangan sebuah tim jika fondasi tim tersebut sudah kuat, juga diiringi dengan improvisasi darinya, baik dengan berbagai variasi taktik ataupun beberapa pemain baru untuk memperkuat skuad. Contoh yang paling sukses mungkin Johan Cruyff.
Johan Cruyff, warisannya selama melatih Barcelona sangat mempengaruhi kesuksesan Barca hingga saat ini.

Di mata saya, Sir Alex Ferguson sebenarnya merupakan orang yang dapat masuk kategori tersebut. Fergie merupakan pelatih yang handal dalam membangun skuad, bahkan beberapa kali setelah ditinggalkan oleh beberapa pemain bintang, dan membangun tim generasi baru dengan beberapa variasi taktik yang ditambahkan. Eric Cantona, David Beckham, Roy Keane, hingga Cristiano Ronaldo merupakan beberapa pemain bintang yang pada akhirnya meninggalkan Old Trafford. Tetapi, Fergie seolah tidak kehabisan akal untuk membangun kembali skuad yang ditinggalkan oleh key player mereka, hingga akhirnya United tetap stabil dan kembali mampu meraih gelar juara.
Cristiano Ronaldo, megabintang United yang dididik Fergie.

Contoh kehandalannya menambal skuad adalah kepergian Cantona yang sudah diantisipasi oleh para penyerang handal seperti Andy Cole, Dwight Yorke, Ole Gunnar Solskjaer, dan Teddy Sheringham yang berujung treble winners musim 1998/1999. Beckham yang hengkang digantikan oleh Ronaldo yang berbeda tipe dengan Becks, begitu juga dengan Roy Keane yang segera diganti dengan Michael Carrick yang berbeda karakter, dimana mereka berhasil menjadi komponen penting kesuksesan United merengkuh gelar juara Liga Champions 2007/2008. Hingga pada saat Ronaldo pergi, Fergie mampu membangun kembali timnya dengan gaya bermain yang lebih kolektif, berbeda dengan pada saat CR7 masih di dalam skuad, dimana United memiliki cara main yang cenderung terpusat pada dirinya sebagai key player.
Eric Cantona. Bahkan United meraih treble winners saat sudah ditinggal Cantona.

Namun, sejujurnya saya tidak melihat kelebihan Fergie tersebut pada saat ia pensiun. Apa yang saya pikir adalah, Fergie tidak mewariskan skuad yang cukup bagus dan cenderung biasa saja untuk dilanjutkan oleh penerusnya. Mungkin memang ia berhasil menjuarai EPL pada musim terakhirnya dengan skuad yang akan diwariskan tersebut. Namun saya juga menduga bahwa satu-satunya orang yang mampu menjalani sebuah musim dengan skuad seperti itu hanyalah dirinya, seperti yang pernah saya singgung, karena ia berbeda dengan pelatih-pelatih lainnya, bagaimana ia membangun kolektivitas tim yang mampu diwujudkan di atas lapangan, dan mental juara yang sangat kuat.
Starting XI Man. United saat menghadapi raksasa Spanyol, Real Madrid di babak 16 besar Liga Champions 2012/13.

Pada skuad warisannya, Fergie banyak menyisakan pemain senior seperti Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, Patrice Evra, Darren Fletcher, dan Ryan Giggs. Namun terlihat bahwa usia tidak pernah berbohong. Para pemain tersebut seakan kehabisan napas sesaat setelah ditinggal Fergie di musim selanjutnya, dan gagal mengangkat prestasi United. Bahkan begitu juga seorang Robin Van Persie, pemain yang sangat diandalkan United di musim terakhir Fergie, dimana ia merupakan top skor EPL di musim tersebut yang juga merupakan musim perdananya di United. Bersama Moyes di musim selanjutnya, RVP terlihat kehilangan determinasi dan ketajamannya.
Rio Ferdinand (kiri) dengan mudahnya dilewati pemain sekelas Morgan Amalfitano (kanan) pada musim 2013/2014.
Robin Van Persie yang perlahan kehilangan determinasi dan ketajamannya pasca ditinggal Fergie.

Selain itu, banyak sekali nama-nama yang dinilai oleh banyak orang, termasuk saya, merupakan pemain medioker. Sebut saja duet gelandang Tom Cleverley dan Anderson. Entah mengapa mereka terlihat bermain baik dan stabil saat dimainkan Fergie, namun begitu hancur permainannya pasca ditinggal Fergie. Bahkan saat awal kemunculannya, saya pernah menganggap Cleverley merupakan penerus Paul Scholes. Ternyata, saat diturunkan Cleverley kerap mengecewakan dan seringkali hanya mampu melakukan side-pass dan back-pass. Begitupun Anderson yang memiliki postur yang tambun dengan permainannya yang tidak ada peningkatan berarti. Terdapat juga nama Johnny Evans, bek yang kerap teledor dan mempunyai hobby yang cukup sering dilakukan yaitu back-pass ke kiper. Ada pula Danny Welbeck, striker yang sebenarnya memiliki pergerakan yang baik namun seringkali melancarkan shooting yang lemah dan mengarah lurus kedepan kiper ataupun tidak terarah.
Cleverley, Welbeck (paling atas), Evans, dan Anderson. Sekarang mereka sudah tidak ada di skuad United.

Pemain warisan dengan nama besar seperti Wayne Rooney pun menjadi sorotan. Sebenarnya ia sempat ingin dijual oleh Fergie di penghujung musim pamungkasnya, 2012/2013. Mungkin Fergie melihat bahwa beberapa tahun terakhir Rooney sudah habis, kemampuannya sudah diujung tanduk dan tidak mampu berkembang lagi. Namun entah kenapa ia tidak jadi dijual, bahkan kontraknya diperpanjang dan diberi gaji tinggi, 300 ribu poundsterling per minggu oleh David Moyes. Dan menyedihkannya lagi, Rooney diplot Van Gaal menjadi kapten tim dan menjadi sering dimainkan walaupun performanya sudah menurun sangat drastis.
Wayne Rooney. Kapten United yang penampilannya belum kunjung membaik.

Terlihat bahwa terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi performa United, Moyes jelaslah kesulitan jika diwarisi skuad seperti itu. Apalagi ia hanya membeli dua pemain, Marouanne Fellaini dan Juan Mata. Van Gaal juga pasti sangat pening melihat skuad peninggalan Fergie (dan Moyes), memaksa dirinya banyak melakukan perombakan pada skuadnya, termasuk membenahi sektor gelandang United yang rapuh. Sekali lagi saya tegaskan, dengan kondisi tim yang "biasa" seperti itu, hanya seorang Sir Alex Ferguson yang dapat memenangkan liga dengan skuad tersebut.
Membuat Tom Cleverley terlihat bermain bagus? Hanya Fergie yang bisa!

Saya sebenarnya tidak menyalahkan fondasi tim warisan dari Fergie sepenuhnya atas permasalahan United saat ini, karena sungguh banyak faktor yang menjadi penyebab keterpurukan The Red Devils. Van Gaal juga melakukan kesalahan dengan menjual beberapa pemain warisan Fergie yang saya rasa masih cukup bagus untuk United seperti Shinji Kagawa, Javier Hernandez, dan Rafael da Silva. Plus perombakannya yang tidak selalu berjalan mulus seperti saat ia mendatangkan Angel Di Maria, Radamel Falcao (pinjam), dan bisa jadi Memphis Depay, jika ia tidak belajar banyak dan hanya mengedepankan gaya dibandingkan skill.

Chiharito. Dibuang Van Gaal, lalu menjadi mesin gol bagi Bayer Leverkusen. Satu talenta telah disia-siakan LVG.

Angel Di Maria. Hanya bertahan semusim di United, hengkang, lalu bermain apik di Paris Saint-Germain. Mengapa bisa?

Memphis Depay, harus banyak belajar jika tidak ingin dicap flop oleh publik dan para fans United.

Fondasi warisan tim Sir Alex Ferguson memang tidak terlihat cukup bagus, dan bahkan cenderung rapuh, setidaknya menurut saya. Hal tersebut terbukti dari prestasi United yang menurun drastis semenjak ditinggalkannya, terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhi. Berbagai perombakan telah dilakukan, terutama oleh Louis Van Gaal, dengan mendepak banyak pemain dan menggantikannya dengan belanja pemain secara besar-besaran serta mempromosikan beberapa pemain muda. Namun, justru sekarang LVG pun juga pening dengan apa yang ia sendiri lakukan di United, mengingat performa The Red Devils yang belum kunjung membaik, setidaknya hingga saat tulisan ini sedang dibuat.
LVG pasti sangat pening menghadapi tugasnya yang berat.



Sebagai salah satu dari sekian banyak fans Manchester United, saya hanya dapat berharap prestasi United dapat membaik lagi dan mampu menjuarai trofi kembali, seperti yang biasa terjadi di zaman Fergie. Siapapun yang menakhkodai The Red Devils, mudah-mudahan orang tersebut mampu melakukannya dan membuat fondasi tim yang kokoh untuk penerusnya, termasuk Van Gaal yang sedang berjuang mempertaruhkan reputasinya sebagai pelatih hebat. Satu hal yang saya belum singgung sepanjang artikel ini, LVG biasanya sukses meletakkan fondasi kuat di tim yang telah ditinggalkannya. Ingin contoh? Coba lihat Bayern Munich dan Barcelona sekarang.
LVG bersama Pep Guardiola, kapten Barcelona saat itu. Barca dan Munchen telah merasakan tangan dingin Pep dalam melatih.




P.S.: Mengapa saya berani menulis semacam ini? Kurang lebih karena saya telah terpengaruh artikel beberapa tahun yang lalu ini, silahkan klik kalimat ini dan baca.