Saturday, April 20, 2013

7 (+ 3) Goalkeepers who Inspire Me

Setelah sebelumnya pernah mengulas tentang seni menjaga gawang, di kesempatan kali ini saya akan mencoba memposting tentang kiper-kiper favorit saya, yang juga menginspirasi saya dalam menggeluti hobby saya, yaitu bermain futsal. Akan ada tujuh penjaga gawang internasional yang termasuk dalam kategori world class goalkeeper, plus tiga yang berasal dari negeri sendiri. Here we go..


1. David De Gea



Datang dari Atletico Madrid tahun 2011, De Gea mengemban sebuah misi dengan beban yang teramat berat, yaitu meneruskan kiprah Edwin van der Sar di mistar gawang Manchester United yang penuh dengan kesuksesan, rekor, dan gelar. Di tengah cemoohan orang banyak saat ia memulai musim dengan mengecewakan, - beberapa kali melakukan blunder, tidak terbiasa dengan permainan keras EPL, hingga cemoohan tentang badannya yang kurus - saya tetap percaya dengan De Gea, dan menganggap hal tersebut sebagai bagian dari proses adaptasi dan jalan terjal menuju penampilan yang lebih baik. Dan ia berhasil menjawab tantangan tersebut serta menutup mulut para pencibirnya dengan performa yang semakin hari semakin meningkat. Reflek dan shoot-stopping menjadi kekuatan utamanya, meski dia masih harus meningkatkan kemampuannya dalam mengkomandoi lini pertahanan serta menghadapi umpan-umpan silang. Body nya pun makin terlihat berisi dan siap untuk berduel di udara dengan lawan. De Gea juga mulai diproyeksikan sebagai kiper masa depan tim nasional senior Spanyol, menggantikan peran Iker Casillas.


2. Iker Casillas



Ialah sang pengangkat trofi Piala Dunia 2010 dan Euro 2008 serta 2012, juga penghargaan individual berupa Golden Gloves di Piala Dunia 2010. Sosok yang tidak tergantikan, baik di klubnya, Real Madrid, maupun di tim nasional Spanyol. Hampir semua orang menyebutnya sebagai kiper nomor satu di dunia saat ini. Kemampuan menjaga gawang Iker Casillas yang nyaris sempurna dan merata di semua aspek, didukung pula oleh pengalamannya yang banyak, mental juara, dan jiwa kepemimpinannya yang kuat. Tak heran jika Santo Iker didaulat sebagai kapten Madrid dan timnas Spanyol. Ia adalah panutan yang baik untuk anggota tim sendiri maupun pemain-pemain lawan. Sudah banyak gelar yang ia peroleh, baik untuk individu maupun dengan timnya. Casillas juga didaulat sebagai jagoan adu penalti, karena sering sekali ia menjadi penyelamat dan penentu dari timnya jika mendapat hukuman tendangan dua belas pas atau harus melalui babak tos-tosan di sebuah turnamen, seperti pada perempatfinal Euro 2008 dan semifinal Euro 2012.


3. Edwin Van Der Sar



Tua-tua keladi, makin tua makin jadi. Usia boleh sudah menginjak kepala empat, tetapi bukan menjadi masalah bagi Edwin Van Der Sar untuk menunjukkan kemampuan istimewanya sebagai penjaga gawang. The Flying Dutchman memiliki rekor clean sheet terlama di EPL, yaitu dengan 1.311 menit, pada musim 2008-2009. Van Der Sar juga menjadi penentu kemenangan Manchester United di final Liga Champions 2007/2008 melawan Chelsea saat menepis tendangan Nicolas Anelka saat babak adu penalti. Ia memiliki sesuatu yang membuat gawang yang dijaganya terasa aman, yaitu dengan ketenangannya dan koordinasi pertahanan dengan bek yang baik. Pengalaman serta jam terbang yang tinggi membuat kemampuan menjaga gawang Van Der Sar yang menjadi semakin lengkap. Mantan pemain Juventus dan Fulham ini menutup karier sepakbolanya di United pada umur 41 tahun setelah final Liga Champions musim 2010-2011 melawan FC Barcelona,. Sayangnya ia harus terpaksa memungut bola dari gawangnya tiga kali dan kalah dengan skor 1-3.


4. Peter Schmeichel



Tinta emas telah ia torehkan di sepanjang kariernya sebagai pemain sepakbola. Skill menjaga gawang yang luar biasa miliknya dilengkapi oleh perawakan tinggi besarnya yang seolah-olah menutupi seluruh gawang dan mampu mengintimidasi lawan saat terjadi situasi one-on-one dengan dirinya. Karena tubuhnya yang menjulang juga ia sangat handal dalam mengantisipasi bola-bola atas dari lawan. Dengan ukuran badan yang super - konon jersey yang dipakainya berukuran XXXL - Peter Schmeichel adalah monster besar di garis terakhir pertahanan. Great Dane bisa dibilang sebagai salah satu kunci kejayaan Manchester United di era 1990-an, dimana ia bersama The Red Devils merengkuh berbagai macam gelar, termasuk treble winners (juara EPL, FA Cup, dan Liga Champions) pada musim 1998/1999. Salah satu aksi yang akan diingat terus adalah saat di final Liga Champions tahun 1999 melawan Bayern Muenchen. Di saat posisi tertinggal, United mendapatkan corner kick di masa injury time. Schmeichel memutuskan maju ke depan membantu penyerangan dan berhasil membuat pertahanan The Bavarians kehilangan konsentrasi, hingga akhirnya Teddy Sheringham berhasil menceploskan bola ke gawang Oliver Kahn. Red Devils pun berhasil comeback dan mempercundangi Muenchen dengan skor 2-1.


5. Joe Hart



Joe Hart telah menjadi salah satu faktor keberhasilan dari kekuatan baru City yang berusaha menguasai Inggris, dan dibuktikan dengan gelar juara FA Cup di musim 2010/2011, dan EPL semusim setelahnya. Pertahanan The Citizens terlihat lebih kuat ketika ia berada di bawah mistar gawang dengan aksi-aksi heroiknya menahan tembakan dari lawan. Hart juga menjadi harapan di skuad tim nasional Inggris. Ia menjadi sebuah penemuan berharga disana, yaitu seorang kiper nomor satu The Three Lions pertama yang memiliki talenta dan berkelas dunia yang sempat terputus setelah eranya David Seaman. Jika Hart berhasil menorehkan prestasi bersama timnas Inggris, mungkin ia akan disejajarkan dengan Gordon Banks, Peter Shilton, dan Seaman.


6. Gianluigi Buffon



Italia memang tidak pernah kehabisan sumber daya manusia berupa kiper handal. Mulai dari eranya Dino Zoff, Walter Zenga, Gianluca Pagliuca, hingga sekarang, yaitu era kejayaan Gianluigi Buffon. Perannya di Juventus dan tim nasional Italia memang belum ada penerusnya yang sepadan untuk menggantikannya. Sama seperti Casillas, Buffon juga menjabat sebagai kapten tim, baik di La Vecchia Signora maupun di Gli Azzurri, berkat watak kepemimpinannya yang kuat serta mampu memotivasi rekan-rekan setimnya agar lebih bersemangat lagi dalam bertanding. Tiga gelar juara Serie-A serta trofi Piala Dunia 2006 menjadi bukti kehebatannya dalam menjaga gawang. Satu lagi yang saya kagumi dari Buffon adalah totalitasnya kepada klub dengan segala kondisi yang terjadi. Disaat Juventus mendapat hukuman turun kasta ke Serie-B pada musim 2006/2007, ia tidak bergeming ketika ditawar oleh banyak klub besar dan tetap menetap di Turin untuk membawa kembali Juventus ke Serie-A untuk musim depannya.

7. Manuel Neuer



Pada suatu hari di pagi buta, saya tengah menyaksikan partai semifinal leg pertama Liga Champions musim 2010/2011 antara Manchester United melawan tuan rumah Schalke 04. Saya sebelumnya sering mendengar nama Manuel Neuer sebagai kiper muda berbakat yang potensial, tetapi saya belum sering melihatnya bermain, mungkin hanya pada saat Piala Dunia 2010 saja saya cukup sering menontonnya. Dan omongan orang-orang yang mengagumi kemampuannya itu benar adanya. Berkali-kali United menggempur pertahanan Schalke, semua mentah berkat ketangguhan Neuer. Walaupun akhirnya Red Devils berhasil mengemas kemenangan 2-0, tetapi tidak terbayangkan berapa gol yang akan tercipta jika bukan Neuer yang berada di bawah mistar. Perawakan dan kemampuannya mirip dengan Peter Schmeichel. Sama-sama berbadan besar, mampu mengintimidasi lawan, tangguh saat one-on-one, dan handal dalam duel-duel udara. Setelah pindah ke Bayern Muenchen skillnya bertambah dengan pesat, dan dianggap sebagai salah satu kiper terbaik di dunia, serta penerus era kejayaan Oliver Kahn di tim nasional Jerman.


+1. Hendro Kartiko


Tubuhnya boleh kecil, tetapi Hendro Kartiko merupakan salah satu kiper legenda di Indonesia dan pernah menyandang jersey nomor satu di tim Garuda pada medio 2000-an awal. Postur tubuh dan gayanya yang eksentrik mengingatkan kita kepada sosok kiper legendaris Prancis, Fabien Barthez. Reflek yang sigap menjadi salah satu senjata andalan pemain yang pernah membela tim-tim besar di Indonesia seperti Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan Arema Malang ini.


+2. Ferry Rotinsulu


Salah satu hal yang sangat saya sayangkan terhadap Ferry Rotinsulu adalah ia jarang mendapatkan kesempatan di timnas Indonesia, yang lebih mempercayai gawang di tangan Markus Horizon ketika itu. Padahal, kiper utama Sriwijaya FC ini tidak kalah dalam hal kemampuannya menjaga gawang. Nilai plus yang dimilikinya adalah ia piawai dalam menghalau tendangan penalti dari lawan. Berkali-kali Laskar Wong Kito menghadapi penalti, disaat itu juga Ferry muncul sebagai pahlawan dan menyelamatkan Sriwijaya FC.


+3. Kurnia Meiga



Dengan umurnya yang masih terbilang muda, 23 tahun, Kurnia Meiga adalah harapan tim nasional Indonesia di masa depan. Bisa dibilang ia adalah kiper terbaik Indonesia sekarang dan untuk masa depan. Pemain terbaik Indonesian Super League musim 2009/2010 ini sekarang telah merebut posisi kiper di timnas Indonesia. Dengan talenta menjaga gawang yang lengkap, mumpuni dan masih bisa berkembang lagi, saya berani menilai kiper utama Arema Malang ini akan memakai jersey nomor satu tim Garuda dalam waktu yang cukup lama.

Sekian postingan saya kali ini! Cheers!

No comments:

Post a Comment